Gelombang penolakan keras muncul dari Pecalang Bali terhadap rencana masuknya organisasi masyarakat (ormas) yang dipimpin oleh Hercules Rosario de Marshall ke Pulau Dewata. Sikap tegas ini ditunjukkan melalui berbagai pernyataan dan aksi di media sosial, menyusul viralnya video pelantikan pengurus ormas tersebut di Bali. Pecalang, sebagai garda terdepan penjaga keamanan dan ketertiban adat di Bali, merasa kehadiran ormas dari luar berpotensi merusak tatanan kehidupan yang telah berjalan harmonis.
Penolakan Pecalang ini bukan tanpa alasan. Mereka meyakini bahwa sistem keamanan dan ketertiban yang berbasis kearifan lokal, yang telah diwariskan secara turun-temurun, sudah terbukti efektif menjaga kedamaian Bali. Keberadaan Pecalang yang mengakar di setiap desa adat dianggap lebih memahami dan mampu mengamankan wilayahnya tanpa memerlukan intervensi dari organisasi eksternal, apalagi yang memiliki catatan kontroversial di daerah lain.
“Kami tidak butuh ormas dari luar, kami tidak butuh pihak asing yang datang membawa agenda,” tegas salah seorang Pecalang dalam video yang beredar luas. Mereka menekankan bahwa Pecalang hadir bukan atas dasar kepentingan politik, melainkan karena tanggung jawab terhadap adat dan tanah kelahiran. Bali dengan ribuan desa adatnya telah memiliki mekanisme pengamanan sendiri yang dihormati dan ditaati oleh masyarakat.
Reaksi penolakan ini juga mendapat dukungan dari berbagai tokoh masyarakat dan anggota dewan di Bali. Mereka khawatir masuknya ormas dengan citra keras dapat mengganggu stabilitas dan citra pariwisata Bali yang selama ini dikenal damai dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Pemerintah Provinsi Bali pun memberikan respons dengan menyatakan bahwa keberadaan Pecalang, TNI, dan Polri sudah cukup untuk menjaga keamanan pulau.
Hercules Rosario de Marshall sendiri dikenal sebagai tokoh kontroversial dengan rekam jejak yang beragam. Kehadiran ormas yang dipimpinnya di berbagai daerah lain kerap kali menuai polemik dan bahkan bentrokan. Hal inilah yang menjadi salah satu kekhawatiran utama Pecalang dan masyarakat Bali, yang tidak ingin kedamaian pulau mereka terganggu oleh potensi konflik yang mungkin dibawa oleh ormas tersebut.
Sikap tegas Pecalang ini menunjukkan betapa kuatnya komitmen masyarakat Bali dalam menjaga tradisi dan kearifan lokal. Mereka tidak ingin Bali menjadi tempat bagi organisasi yang berpotensi merusak tatanan sosial dan keamanan yang telah terjaga dengan baik selama ini.