Dunia pendidikan kembali tercoreng dengan adanya kasus kekerasan di lingkungan pondok pesantren (ponpes). Seorang santri di sebuah ponpes di wilayah Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dilaporkan tewas dikeroyok oleh empat orang seniornya. Peristiwa tragis tewas dikeroyok ini terjadi pada Jumat dini hari, 18 April 2025, sekitar pukul 01.30 WIB. Korban yang diketahui berinisial AM (15 tahun) diduga menjadi korban kekerasan fisik yang dilakukan oleh para seniornya di dalam lingkungan ponpes. Kasus tewas dikeroyok ini kini tengah ditangani oleh pihak kepolisian Resor Kota (Polresta) Banyuwangi.
Informasi awal yang berhasil dihimpun menyebutkan bahwa sebelum tewas dikeroyok, korban AM diduga terlibat perselisihan dengan beberapa seniornya. Perselisihan tersebut kemudian berujung pada tindakan pengeroyokan yang mengakibatkan AM mengalami luka parah. Korban sempat mendapatkan pertolongan medis di klinik ponpes, namun nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia. Pihak ponpes kemudian melaporkan kejadian tewas dikeroyok ini kepada pihak kepolisian.
Mendapatkan laporan tersebut, petugas dari Polresta Banyuwangi segera mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi, termasuk pengurus ponpes dan santri lainnya. Hasil penyelidikan sementara mengarah pada dugaan bahwa korban tewas dikeroyok akibat kekerasan fisik yang dilakukan oleh empat orang seniornya. Keempat senior yang diduga terlibat dalam pengeroyokan tersebut telah diamankan oleh pihak kepolisian untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Kepala Polresta Banyuwangi, Kombes Pol. Deddy Prasetyo, melalui keterangan pers pada Jumat sore, 18 April 2025, membenarkan adanya kasus kekerasan yang menyebabkan seorang santri meninggal dunia di salah satu ponpes di Banyuwangi. “Kami sangat prihatin dengan kejadian ini. Empat orang yang diduga sebagai pelaku pengeroyokan telah kami amankan dan sedang menjalani pemeriksaan intensif. Kami akan melakukan penyelidikan secara menyeluruh untuk mengetahui motif dan kronologi pasti kejadian ini. Kami tidak akan mentolerir segala bentuk kekerasan di lingkungan pendidikan,” tegasnya. Pihak kepolisian juga akan berkoordinasi dengan pihak ponpes dan Kementerian Agama terkait kasus ini. Tragedi ini menjadi sorotan serius dan diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi seluruh lembaga pendidikan untuk lebih meningkatkan pengawasan dan mencegah terjadinya kekerasan di lingkungan sekolah maupun pesantren.