Mengenal Hari Raya Galungan di Bali: Kemenangan Dharma Melawan Adharma!

Pulau Dewata Bali dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya yang memukau. Salah satu perayaan terpenting dan paling meriah bagi umat Hindu di Bali adalah Hari Raya Galungan. Lebih dari sekadar perayaan keagamaan, Galungan adalah momen sakral yang sarat makna filosofis, sosial, dan spiritual, dirayakan setiap 210 hari sekali menurut kalender Saka Bali.

Secara harfiah, Galungan memperingati hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan). Umat Hindu percaya bahwa pada hari ini, roh para leluhur akan turun ke bumi untuk mengunjungi keturunannya. Oleh karena itu, persiapan menyambut Galungan dilakukan dengan sangatAntusias dan melibatkan seluruh anggota keluarga serta masyarakat.

Beberapa hari menjelang Galungan, berbagai upacara dan ritual mulai dilaksanakan. Salah satunya adalah Ngelawang, yaitu tradisi berkeliling desa sambil menarikan barong sebagai simbol penjaga dan penolak bala. Selain itu, masyarakat juga sibuk membuat penjor, yaitu bambu tinggi yang dihias dengan janur (daun kelapa muda), kain berwarna-warni, hasil bumi, dan sampian (ornamen janur kecil). Penjor yang berdiri tegak di depan setiap rumah menjadi penanda bahwa keluarga tersebut merayakan Galungan dan menyambut kedatangan leluhur.

Pada Hari Raya Galungan itu sendiri, umat Hindu akan mengenakan pakaian adat terbaik mereka dan bersembahyang ke pura (tempat ibadah). Mereka membawa sesajen atau banten yang berisi berbagai macam makanan, buah-buahan, dan bunga sebagai persembahan kepada para dewa dan leluhur. Suasana khidmat dan penuh sukacita terasa di seluruh penjuru pulau.

Setelah bersembahyang di pura, keluarga akan berkumpul dan bersilaturahmi. Berbagai hidangan khas Galungan seperti lawar, sate lilit, dan jajan tradisional disajikan dan dinikmati bersama. Momen ini menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat rasa kebersamaan dalam keluarga dan komunitas.

Rangkaian perayaan Galungan tidak berakhir dalam satu hari. Beberapa hari setelah Galungan, terdapat hari raya Kuningan, yang jatuh sepuluh hari setelahnya. Pada hari Kuningan, umat Hindu kembali bersembahyang dan dipercaya sebagai hari kembalinya para leluhur ke alamnya. Sesajen yang dipersembahkan pada hari Kuningan biasanya berwarna kuning sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Author: admin